Jumat, 18 Maret 2016

TUGAS I

A. KESEHATAN MENTAL
Sehat? Siapa sih yang tidak mau sehat? Pasti semua mau sehat kan? Tetapi apa sih arti dari sehat? Tidak sakit atau orang yang tinggal ditempat bersih? Yaa itu mungkin tetapi agar lebih jelas lagi mari kita simak pengertian sehat menurut WHO (World Health Organization).
Selama beberapa dekade terakhir, pengertian sehat masih belum ada kesepakatan dari para ahli kesehatan maupun tokoh masyarakat dunia maka dari itu WHO membuat definisi universal yang menyatakan bahwa pengertian sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
            Didalam kesehatan ini terdapat konsep-konsep yang telah dikembangkan berdasarkan beberapa dimensi, diantaranya;
1.       Dimensi Emosional
Merupakan hasil campuran dari rasa takut, gelisah, marah, sedih, dan senang.
2.      Dimensi Intelektual
Dapat memecahkkan suatu masalah dengan pikiran yang tenang.
3.      Dimensi Sosial
Seseorang yang dapat melakukan perannya dalam ruang lingkup yang besar dan juga dapat berinteraksi dengan baik.
4.      Dimensi Fisik
Suatu kondisi tubuh yang diharuskan dengan kondisi tubuh yang sehat.
5.      Dimensi Spiritual
Spiritual merupakan kehidupan kerohanian. Dengan menyerahkan diri dengan besujud atau berdoa sesuai kepercayaan agama masing-masing.

SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL
®    Dimulai dari Zaman Purba atau Pra-sejarah
Pada zaman ini, orang purba menganggap penyakit mental seperti penyakit fisik dan menyangka bahwa penyakit tersebut adalah pengaruh dari roh jahat atau sebuah kutukan dari Tuhan. Kemudian orang purba ini mengobatinya melalui kekuatan supra natural, namun jika pasien yang merugikan atau tidak dapat disembuhkan maka akan dibunuh atau dibiarkan meninggal.
®    Peradaban Awal 5000SM- 500M
Di zaman ini, gangguan mental diatasi dengan pendekatan supranatural oleh tukang sihir, upacara agama, persembahan dewa, dsb. Namun dibeberapa belahan dunia seperti Babylonia, Mesir, Yahudi, Persia, China, India serta Yunani mulai mengalami perkembangan di bidang kedokteran. Berikut pandangan baru tentang gangguan jiwa menurut para filsuf Yunani, yaitu;
a.      Hipokrates, menganggap perilaku abnormal disebabkan oleh gangguan pada otak.
b.      Galenus (melanjutkan gagasan dari Hipokrates), menyatakan bahwa manusia mempunyai 4 tipe yang berdasarkan cairan tubuh (Chole, Melanchole, Phlegma, dan Sanguis).
c.       Cicero, menyatakan bahwa emosi pada manusia dapat menyebabkan penyakit fisik.
®    Abad Pertengahan atau Abad Gelap
Pada zaman ini, kita mengalami kemunduran ilmu pengetahuan di Eropa terutama di peradaban Yunani-Romawi, dimana demonologi hidup kembali. Hal itu diperkuat dari pendekatan teologis dimana seseorang yang dihukum oleh Tuhan maka dia akan mengalami gangguan jiwa seperti kerasukan setan dan menjual jiwanya untuk mendapatkan kekuatan gaib atau sihir. Pasien yang membahayakan di zaman ini dihukum, disiksa, dijual atau diusir. Namun di zaman ini teori psikiatri dan tritmen untuk penderita gangguan mental berkembang di bidang psikologi muslim dan kedokteran Islam. Tepatnya pada abad ke-8, RS psikiatri pertama dibangun oleh psikiater Persia, Rhazes, di Baghdad. Berlawanan dengan paham demonologi, di dalam Islam terdapat etika yang mengajarkan sikap simpatik (Al-Qur’an surat 4:5).
®    Abad  ke 17-20
Di zaman ini pendekatan demonologis mengalami perubahan menjadi pendekatan ilmiah, dimana gangguan jiwa dianggap sebagai penyakit. Di Inggris, Italia, Perancis, dan Amerika terjadi perlawanan terhadap pemasungan dan pemenjaraan pasien jiwa. Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Dibelahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation for Mental Health dan The World Health Organization.

PENDEKATAN-PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL
a.      Pendekatan Orientasi Klasik
Pada pendekatan orientasi klasik, pengertian sehat kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan tersebut maka dikembangkan pengertian baru dari kata sehat. Dimana orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental. Berikut kelemahan dari Orientasi ini, yaitu; (1) Simptom-simptom bisa terdapat juga pada individu normal, (2) Rasa tidak nyaman dan konflik bisa membuat individu berkembang dan memperbaiki diri, (3) Sehat atau sakit, tidak bisa didasarkan pada ada atau tidaknya keluhan.
b.      Pendekatan Orientasi Penyesuaian Diri
Menurut Menninger, penyesuaian diri adalah perubahan dalam diri yang diperlukan untuk mengadakan hubungan yang memuaskan dengan orang lain atau lingkungan. Dalam orientasi ini, individu bertingkah apa adanya sesuai budaya setempat. Ukuran sehat pada orientasi ini didasarkan pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa dianggap sehat atau tidak sakit mental dalam masyarakat lain. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondidi kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.
c.       Pendekatan Orientasi Pengembangan Potensi

 Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.

B. TEORI KEPRIBADIAN SEHAT
Beberapa aliran tentang kepribadian sehat, yaitu;
1.       Aliran psikoanalisa
Pada aliran psikoanalisa melihat manusia dari alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu. Di aliran ini mengabaikan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pandangan kaum psikoanalisa hanya memberi kita sisi yang sakit atau kurang, karena hanya berpusat pada tingkah laku yang neuritis dan psikotis. Sigmund Freud beserta orang-orang yang mengikuti ajarannya mempelajari kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan yang paling baik, atau kepribadian yang sehat. Jadi, aliran ini memberi gambaran pesimis tentang kodrat manusia dan manusia dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak.
2.      Aliran behavioristik
Aliran behaviorisme memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu di dalam suatu sistem kompleks yang bertingkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan kaum aliran ini, manusia digambarkan sebagai organisme yang bersifat baik, teratur dan ditentukan sebelumnya dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas seperti alat pengatur panas. Jadi, di aliran ini manusia dilihat sebagai orang-orang yang memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar dan manusia dianggap tidak memiliki diri sendiri.
3.      Aliran humanistik
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang sebagai “kekuatan ketiga“ dalam aliran psikologi. Kalangan Behavioristik meyakini bahwa semua perilaku dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal dari lingkungan. Ada empat ciri psikologi yang berorientasi Humanistik, yaitu:
a)    Memusatkan perhatian pada person mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
b)   Member tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas, akutalisasi diri, sebagai lawan pandang tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.
c)     Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah - masalah yang akan dipelajari dan prosedur - prosedur penelitian yang akan digunakan.
d)    Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu. Selain Maslow sebagai tokoh dalam Psikologi Humanistik, juga Carl Rogers, yang terkenal dengan client - centered therapy.



Sumber :
Brennan, James F.2006.Sejarah dan Sistem Psikologi.Jakarta:PT.Raja Grafindo
Siswanto.2007.Kesehatan Mental.Yogyakarta:Andi Yogyakarta
Baihaqi, MIF.2008.Psikologi Pertumbuhan, Kepribadian Sehat Untuk Mengembangkan Optimisme.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya