A. KESEHATAN
MENTAL
Sehat? Siapa sih yang tidak mau sehat? Pasti semua mau sehat
kan? Tetapi apa sih arti dari sehat? Tidak sakit atau orang yang tinggal
ditempat bersih? Yaa itu mungkin tetapi agar lebih jelas lagi mari kita simak
pengertian sehat menurut WHO (World
Health Organization).
Selama beberapa dekade terakhir, pengertian sehat masih
belum ada kesepakatan dari para ahli kesehatan maupun tokoh masyarakat dunia
maka dari itu WHO membuat definisi universal yang menyatakan bahwa pengertian
sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang
merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Didalam kesehatan ini terdapat
konsep-konsep yang telah dikembangkan berdasarkan beberapa dimensi,
diantaranya;
1.
Dimensi Emosional
Merupakan hasil
campuran dari rasa takut, gelisah, marah, sedih, dan senang.
2.
Dimensi Intelektual
Dapat memecahkkan
suatu masalah dengan pikiran yang tenang.
3.
Dimensi Sosial
Seseorang yang dapat
melakukan perannya dalam ruang lingkup yang besar dan juga dapat berinteraksi
dengan baik.
4.
Dimensi Fisik
Suatu kondisi tubuh
yang diharuskan dengan kondisi tubuh yang sehat.
5.
Dimensi Spiritual
Spiritual merupakan
kehidupan kerohanian. Dengan menyerahkan diri dengan besujud atau berdoa sesuai
kepercayaan agama masing-masing.
SEJARAH
PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL
®
Dimulai dari Zaman Purba atau Pra-sejarah
Pada zaman ini, orang purba menganggap penyakit mental
seperti penyakit fisik dan menyangka bahwa penyakit tersebut adalah pengaruh
dari roh jahat atau sebuah kutukan dari Tuhan. Kemudian orang purba ini
mengobatinya melalui kekuatan supra natural, namun jika pasien yang merugikan
atau tidak dapat disembuhkan maka akan dibunuh atau dibiarkan meninggal.
®
Peradaban Awal 5000SM- 500M
Di zaman ini, gangguan mental diatasi dengan pendekatan
supranatural oleh tukang sihir, upacara agama, persembahan dewa, dsb. Namun
dibeberapa belahan dunia seperti Babylonia, Mesir, Yahudi, Persia, China, India
serta Yunani mulai mengalami perkembangan di bidang kedokteran. Berikut
pandangan baru tentang gangguan jiwa menurut para filsuf Yunani, yaitu;
a.
Hipokrates, menganggap perilaku abnormal disebabkan oleh
gangguan pada otak.
b.
Galenus (melanjutkan gagasan dari Hipokrates), menyatakan
bahwa manusia mempunyai 4 tipe yang berdasarkan cairan tubuh (Chole, Melanchole, Phlegma, dan Sanguis).
c.
Cicero, menyatakan bahwa emosi pada manusia dapat
menyebabkan penyakit fisik.
®
Abad Pertengahan atau Abad Gelap
Pada zaman ini, kita mengalami kemunduran ilmu pengetahuan
di Eropa terutama di peradaban Yunani-Romawi, dimana demonologi hidup kembali.
Hal itu diperkuat dari pendekatan teologis dimana seseorang yang dihukum oleh
Tuhan maka dia akan mengalami gangguan jiwa seperti kerasukan setan dan menjual
jiwanya untuk mendapatkan kekuatan gaib atau sihir. Pasien yang membahayakan di
zaman ini dihukum, disiksa, dijual atau diusir. Namun di zaman ini teori
psikiatri dan tritmen untuk penderita gangguan mental berkembang di bidang
psikologi muslim dan kedokteran Islam. Tepatnya pada abad ke-8, RS psikiatri
pertama dibangun oleh psikiater Persia, Rhazes, di Baghdad. Berlawanan dengan
paham demonologi, di dalam Islam terdapat etika yang mengajarkan sikap simpatik
(Al-Qur’an surat 4:5).
®
Abad ke 17-20
Di zaman ini pendekatan demonologis mengalami perubahan menjadi
pendekatan ilmiah, dimana gangguan jiwa dianggap sebagai penyakit. Di Inggris,
Italia, Perancis, dan Amerika terjadi perlawanan terhadap pemasungan dan
pemenjaraan pasien jiwa. Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus
bertambah, yaitu dengan berdirinya National
Association for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang
sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan
kesehatan mental. Dibelahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation for Mental Health
dan The World Health Organization.
PENDEKATAN-PENDEKATAN
KESEHATAN MENTAL
a.
Pendekatan Orientasi Klasik
Pada pendekatan orientasi klasik, pengertian sehat kurang
memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan tersebut
maka dikembangkan pengertian baru dari kata sehat. Dimana orang yang memiliki
kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat
mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai
tidak sehat mental. Berikut kelemahan dari Orientasi ini, yaitu; (1) Simptom-simptom
bisa terdapat juga pada individu normal, (2) Rasa tidak nyaman dan konflik bisa
membuat individu berkembang dan memperbaiki diri, (3) Sehat atau sakit, tidak
bisa didasarkan pada ada atau tidaknya keluhan.
b.
Pendekatan Orientasi Penyesuaian Diri
Menurut Menninger, penyesuaian diri adalah perubahan dalam
diri yang diperlukan untuk mengadakan hubungan yang memuaskan dengan orang lain
atau lingkungan. Dalam orientasi ini, individu bertingkah apa adanya sesuai
budaya setempat. Ukuran sehat pada orientasi ini didasarkan pada hubungan
antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang digolongkan tidak sehat
atau sakit mental bisa dianggap sehat atau tidak sakit mental dalam masyarakat
lain. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu dipahami
sebagai kondidi kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat
kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga
berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam
lingkungannya.
c.
Pendekatan Orientasi Pengembangan Potensi
Dalam psiko-terapi
(Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan
dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang
lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan. Telah
terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering
terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa
keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang
tampak matang dan wajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental
atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan
emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga
hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa
kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat
menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk mencapai
kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan
menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika
kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh
aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan
sosial.
B. TEORI
KEPRIBADIAN SEHAT
Beberapa
aliran tentang kepribadian sehat, yaitu;
1.
Aliran psikoanalisa
Pada aliran psikoanalisa melihat manusia dari alam bawah
sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu. Di aliran ini mengabaikan
potensi yang dimiliki oleh manusia. Pandangan kaum psikoanalisa hanya memberi
kita sisi yang sakit atau kurang, karena hanya berpusat pada tingkah laku yang
neuritis dan psikotis. Sigmund Freud beserta orang-orang yang mengikuti
ajarannya mempelajari kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan yang
paling baik, atau kepribadian yang sehat. Jadi, aliran ini memberi gambaran
pesimis tentang kodrat manusia dan manusia dianggap sebagai korban dari
tekanan-tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak.
2.
Aliran behavioristik
Aliran behaviorisme memperlakukan manusia sebagai mesin,
yaitu di dalam suatu sistem kompleks yang bertingkah laku menurut cara-cara
yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan kaum aliran ini, manusia digambarkan
sebagai organisme yang bersifat baik, teratur dan ditentukan sebelumnya dengan
banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas seperti alat pengatur
panas. Jadi, di aliran ini manusia dilihat sebagai orang-orang yang memberikan
respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar dan manusia dianggap
tidak memiliki diri sendiri.
3.
Aliran humanistik
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam
psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan
eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Psikologi humanistik
muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang
sebagai “kekuatan ketiga“ dalam aliran psikologi. Kalangan Behavioristik
meyakini bahwa semua perilaku dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal dari
lingkungan. Ada empat ciri psikologi yang berorientasi
Humanistik, yaitu:
a) Memusatkan perhatian pada
person mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena
primer dalam mempelajari manusia.
b) Member tekanan pada
kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas, akutalisasi diri,
sebagai lawan pandang tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.
c) Menyadarkan diri pada
kebermaknaan dalam memilih masalah - masalah yang akan dipelajari dan prosedur
- prosedur penelitian yang akan digunakan.
d) Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada
kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang
inheren pada setiap individu. Selain Maslow sebagai tokoh dalam Psikologi
Humanistik, juga Carl Rogers, yang terkenal dengan client - centered
therapy.
Sumber :
Brennan, James F.2006.Sejarah dan Sistem Psikologi.Jakarta:PT.Raja Grafindo
Siswanto.2007.Kesehatan Mental.Yogyakarta:Andi Yogyakarta
Baihaqi, MIF.2008.Psikologi Pertumbuhan, Kepribadian Sehat Untuk Mengembangkan Optimisme.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya